A. PENGANTAR
Pemikiran filsafati banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Namun pada
dasarnya filsafat baik di Barat, India, dan Cina muncul dari yang
sifatnya religius. Di Yunani dengan mitosnya, di India dengan kitabnya
Weda (Agama Hindu)dan di Cina dengan Confusiusnya. Di Barat mitos dapat
lenyap sama sekali dan rasio yang menonjol, sedangkan di India filsafat
tidak pernah bisa lepas dengan induknya dalam hal ini agama Hindu.
Pembagian secara periodisasi filsafat Barat adalah zaman Kuno, zaman
Abad Pertengahan, zaman Modern, dan Masa Kini. Aliran yang muncul dan
berpengaruh terhadap pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme,
Eksistensialisme, Fenomenologi, Pragmatisme, dan NeoKantianianisme dan
Neo-tomisme. Pembagian secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman
kuno, zaman pembauran, zaman Neo-Konfusionisme, dan zaman modern. Tema
yang pokok di filsafat Cina adalah masalah perikemanusiaan (jen).
Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah periode Weda,
Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Dalam filsafat India yang
penting adalah bagaimana manusia bisa berteman dengan dunia bukan untuk
menguasai dunia. Adapun pada Filsafat Islam hanya ada dua periode, yaitu
periode Mutakallimin dan periode filsafat Islam. Untuk sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke pemikiran
filsafat di Barat.
Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam
sejarah poradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola
pikir manusia dari mite-mite menjadi yang lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskari fenomena alam,
Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi
implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi
kemudian didekati bahkan dieksploitasi. manusia yang dulunya pasif
dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif
,sehingga alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses
inilah kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat, yang akhirnya kita
nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu periode perkembangan filsafat
Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru ummat manusia.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak
langsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif.
untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melalui
pembagian atau klasifikasi secara periodik; karena setiap periode
menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani. Periodesasi perkembangan ilmu di sini dimulai dari
peradaban Yunani dan diakhiri pada kontemporer.(Drs.Surajiyo ;hal 80)
B. Zaman Purba (15 SM – 7 S1V)
Pada dasarnya manusia di zaman purba hanyalah menerima semua
peristiwa sebagai fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan, pengumpulan
data dan sebagainya, namun mereka sekadar menerima pengumpulan saja.
Fakta-fakta hanya diolah sekadarnya, hanya untuk menemukan soal yang
sama, yaitu common denominator, itu pun barangkali tanpa sengaja,
tanpa tujuan. Kalaupun ada penegasan atau keterangan, maka keterangan
itu senantiasa dihubungkan dengan dewa-dewa dan mistik. Oleh karena
itulah pengamatan perbintangan menjelma menjadi astrologi. pengamatan
yang dilakukan oleh manusia pada zaman purba, yang menerima fakta
sebagai brute factr atau on the face value, menunjukkan bahwa manusia di
zaman purba masih berada pada tingkatan sekedar menerima, baik dalam
sikap maupun dalam pemikiran (receptive attitude dan receptive mind)
(Santoso,1977: 27).
Perkembangan pengetahuan dan kebudayaan manusia pada zaman purba
dapat diruntut jauh ke belakang, bahkan sebelum abad 15 SM, terutama
pada zaman batu. Pengetahuan pada masa itu diarahkan pada pengetahuan
yang bersifat praktis, yaitu pengetahuan yang memberi manfaat langsung
kepada masyarakat. Kapan dimulainya zaman batu tidak dapat ditentukan
dengan pasti, namun para ahli berpendapat bahwa zaman batu berlangsung
selama jutaan tahun.
Sesuai dengan namanya, zaman batu, pada masa itu manusia
menggunakan batu sebagai peralatan. Hal ini tampak dari temuan- temuan
seperti kapak yang digunakan untuk memotong membelah. Selain menggunakan
alat-alat yang terbuat dari batu manusia pada zaman itu juga
menggunakan tulang binatang. Alat yang terbuat dari tulang binatang
antara lain digunakan menyerupai fungsi jarum untuk menjahit.
Ditemukannya benda- benda hasil peninggalan pada zaman batu merupakan
suatu bukti bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya mampu berkreasi
untuk mengatasi tantangan alam sekitarnya.
Seiring dengan perkembangan waktu, benda-benda yang dipergunakan
pun mengalami kemajuan dan perbaikan. Penemuan dilakukan berdasarkan
pengamatan, dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan-percobaan tanpa
dasar, menuruti proses and error. Akhirnya, dari proses trial and error,
yang memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun inilah terjadi
perkembangan penyempurnaan pembuatan alat-alat yang digunakan, sehingga
manusia menemukan bahan dasar pembuatan alat yang baik, kuat serta
hasilnya pun menjadi lebih baik. Dengan demikian tersusunlah pengetahuan
know how. Dalam bentuk know how itulah penemuan-penemuan tersebut diwariskan pada generasi-generasi selanjutnya.
Perkembangan kebudayaan terjadi lebih cepat setelah manusia
menemukan dan menggunakan api dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
memanfaatkan api untuk menghangatkan tubuh, ketergantungan manusia akan
iklim menjadi berkurang Api kemudian juga digunakan untuk memasak dan
perlengkapan dalam berburu. Di zaman yang lebih maju nantinya, arti api
menjadi lebih penting. Pengetahuan tentang proses pemanasan dan
peleburan merintis jalan pada pembuatan alat dari tembaga, perunggu dan
besi. Dalam catatan sejarah misalnya, peralatan besi digunakan pertama
kali di Irak abad ke-15 SM (Brouwer,1982:6).
Perkembangan pengetahuan secara lebih cepat terjadi beberapa ribu
tahun sebelum Masehi. peristiwa ini terjadi ketika manusia berada pada
zaman batu muda. pada masa ini mulailah revolusi besar dalam cara
hidup manusia. Manusia mulai mengenal pertanian, mengenal kehidupan
bermukim (menetap), membangun rumah, mengawetkan makanan, memulai
irigasi, dan mulai beternak hewan. Pada masa itu juga telah muncul
kemampuan menulis, membaca dan berhitung. Dengan adanya kemampuan
menulis, beberapa peristiwa penting dapat dicatat dan kemudian dapat
dibaca oleh orang lain sehingga akan lebih cepat disebarkan. Kemampuan
berhitung juga sangat menunjang perkembangan pengetahuan karena catatan
tentang suatu peristiwa menjadi lebih lengkap dengan data yang relatif
lebih teliti dan lebih jelas.
Menurut Anna Poedjiadi (1987:28-32) pada zaman purba perkembangan
pengetahuan telah tampak pada beberapa bangsa, seperti Mesir, Babylonia,
Cina dan India. Ada keterkaitan saling pengaruh antara perkembangan
pemikiran di satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pembuatan alat-alat
perunggu di Mesir abad ke-17 SM memberi pengaruh terhadap perkembangan
yang diterapkan di Eropa. Bangsa Cina abad ke-15 SM juga telah
mengembangkan teknik peralatan perunggu di zaman Dinastii Shang,
sedangkan peralatan besi sebagai perangkat perang sudah dikenal pada
abad ke-5 SM pada zaman Dinasti Chin. India memberikan surnbangsih yang
besar dalam perkembangan matematik dengan penemuan sistem bilangan
desimal. Budhisme yang diadopsi oleh raja Asoka, kaisar ketiga Di
Mautya, telah menyumbangkan sistem bilangan yang menjadi titik tolak
perkembangan sistem bilangan pada zaman modern: India bahkan sudah
menemukan roda pemutar untuk pembuat tembikar pada abad ke-30 SM.
Sayangnya peradaban yang sudah maju itu mengalami kepunahan pada abad
ke-20 SM, baik yang disebabkan oleh bencana alam maupun oleh peperangan.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa pengetahuan pada zaman purba
ditandai dengan adanya lima kemampuan, yaitu (1) pengetahuan didasarkan
pada pengalaman (empirical knowledge (2) pengetahuan berdasarkan
pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap receptive mind, dan
kalaupun ada keterangan tentang fakta tersebut, maka keterangan itu
bersifat mistis,magis dan religius; (3) kemampuan menemukan abjad dan
sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran manusia ke
tingkat abstraksi; (4) kemampuan menulis, berhitung, menyusun kalender
yang didasarkan atas sintesis terhadap abstraksi yang dilakukan; dan (5)
kemampuan meramal peristiwa-peristiwa fisis atas dasar
peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi, misalnya gerhana
bulan dan matahari (Santoso,1977: 27-28)
C. Zaman Yunani (7 SM – 6 M)
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena
pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau
pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan
filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagii mempercayai
mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman
yang didasarkan pada sikap receptive attitude (suatu sikap
menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude
(suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap
belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan
modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli
pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara
lain Thales, Phytagoras, Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani.
Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam.
Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala
sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche
itu `yang tidak terbatas’ (to apeiron). Anaximenes arche itu
udara, Pythagoras arche itu bilangan, dan Heraklitos arche itu api, ia
juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei).
Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
(Lasiyo dan Yuwono,1985: 52)
1. Zaman Keemasan Filsafat Yunani
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik
filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai
berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Mereka mengajarkan
pengetahuan pada kaum muda. menjadi objek penyelidikannya bukan lagi
alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Pythagoras, manusia
adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates
dengan mengatakan bahwa yang- benar dan yang baik dipandang sebagai
nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat
ucapannya tersebut Socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dapat ditemukan pada muridnya Plato. Dalam
filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua
dunia yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yang hanya terbuka
bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua
dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa
yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret “ide manusia’ tidak
terdapat dalam kenyataan”. Aristoteles adalah filosof realis, dan
sumbangannya pada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan
yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah
mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang
memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi,
yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang
unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis.
Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan
menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di
mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan
unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis. (Harry Hamersma,1983)
Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan
bentuk. Keduanya merupakan prinsip-prinsip metafisis, materi adalah
prinsip yang tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang
menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisme. (K.
Bertens,1988:11-16)
2. Masa Helinistis dan Romawi.
Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan trans
nasional yang disebut kebudayaan Helinistis, karena kebudayaan Yunani
tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga
seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Dalam bidang filsafat,
Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula
pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Akhirnya
ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti
kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun
pintu dibuka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus.
Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut.:
a. Stoisisme
Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang
disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut
ketetapan yang tidak dapat dihindari.
b. Epikurisme
Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantisa bergerak.
Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh
takut pada dewa-dewa.
c.Skeptisisme
Mereka berpikir bahwa bidang teoretis manusia tidak sanggup mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian
d. Eklitisisme
Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur filsafat
dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu Pemikiran yang
sungguh-sungguh.
e. Neo Platonisme
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya
adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang
satu. Segala sesuatu berasal dari `yang satu` dan ingin kembali
kepada-Nya. (K. Bertens,1988:16-18)
D. Zaman Pertengahan (6 M -15 M)
Zaman pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang ada hubungannya
dengan sejarah bangsa-bangsa di benua Eropa. Pengertian umum tentang
zaman pertengahan yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan ialah
suatu periode panjang yang dimulai dari jatuhnya kekaisaran Romawi Barat
tahun 476 M hingga timbulnya Renaissance di Italia.
Zaman pertengahan (Midle Age) ditandai dengan pengaruh yang
cukup besar dari agama Katolik terhadap kekaisaran dan perkembangan
kebudayaan pada saat itu. Pada umumnya orang Romawi sibuk dengan
masalah keagamaan tanpa memperhatikan masalah duniawi dan ilmu
pengetahuan. Pada masa itu yang tampil dalam lapangan ilmu pengetahuan
adalah para teolog. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para
teolog sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan.
Dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran
agama. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla
theologiae, abdi agama. Oleh karena itu sejak jatuhnya kekaisaran Romawi
Barat hingga kira-kira abad ke-10, di Eropa tidak ada kegiatan dalam
bidang ilmu pengetahuan yang spektakuler yang dapat dikemukakan. Periode
ini dikenal pula dengan sebutan abad kegelapan.
Menjelang berakhirnya abad tengah, ada beberapa kemajuan yang
tampak dalam masyarakat yang berupa penemuan-penemuan. Penemuan-penemuan
tersebut antara lain pembaruan penggunaan bajak yang dapat mengurangi
penggunaan energi petani. Kincir air mulai digunakan untuk menggiling
jagung.
Pada abad ke-13 ada pula kemajuan dan pembaruan dalam bidang
perkapalan dan navigasi pelayaran. Perlengkapan kapal memperoleh
kemajuan sehingga kapal dapat digunakan lebih efektif. Alat-alat
navigasinya pun mendapat kemajuan pula. Kompas mulai digunakan orang di
Eropa. Keterampilan dalam membuat tekstil dan pengolahan kulit
memperoleh kemajuan setelah orang mengenal alat pemintal kapas.
Kemajuan lain yang penting pada masa akhir abad tengah adalah
keterampilan dalam pembuatan kertas. Keterampilan ini berasal dari Cina
dan dibawa oleh orang Islam ke Spanyol. Di samping itu orang juga telah
mengenal percetakan dan pembuatan bahan peledak.
Berbeda dengan keadaan di Eropa yang mengalami abad kegelapan, di
dunia Islam pada masa yang sama justru mengalami masa keemasan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman
Bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad
ke-7 M, delapan abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus
melakukannya. Pada zaman keemasan kebudayaan Islam juga dilakukan
penerjemahan, berbagai karya Yunani, dan bahkan khalifah Al-Makmun telah
mendirikan Rumah Kebijaksanaan (House of Wisdom) pada abad ke-9 M.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada dunia
Islam tersebut dimungkinkan oleh adanya pengamatan yang terus-menerus
dan pencatatan yang teratur serta adanya dorongan dan bantuan dari pihak
para raja yang memerintah. Dengan demikian untuk pertama kalinya dalam
sejarah, tiga faktor penting yaitu politik, agama dan ilmu pengetahuan, berada pada satu tangan, raja atau sultan.
Keadaan ini sangat menguntungkan perkembangan ilmu pengetahuan lebih
lanjut. Selama 600 – 700 tahun lamanya kemajuan kebudayaan dan ilmu
pengetahuan tetap ada pada bangsa-bangsa yang beragama Islam.
Menurut Slamet Iman Santoso (1997:64) sumbangan sarjana Islam dapat
diklasifikasikan dalam tiga hal, yaitu : (1) menerjemahkan peninggalan
bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sedemikian rupa, sehingga
pengetahuan ini menjadi dasar perkembangan kemajuan di dunia Barat
sampai sekarang, (2) memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu
kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu
tumbuh-tumbuhan dan (3) menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar
aljabar.
Beberapa orang yang memberi sumbangan besar dalam perkembangan
pengetahuan dan teknologi di dunia Islam antara lain A1 Khawarizmi, Omar
Khayam, Jabir Ibnu Hayan, Al-Razi, Ali Ibnu Sina, Al-Idrisi dan Ibn
Khaldun.
Muhammad Ahmad AL Khawarizmi menyusun buku Aljabar pada tahun 825
M, yang menjadi buku standar beberapa abad lamanya di Eropa. Ia juga
menulis buku tentang perhitungan biasa (arithmetics). Buku tersebut
menjadi pembuka jalan di Eropa untuk mempergunakan cara desimal, yang
menggantikan penulisan dengan angka Romawi. Khawarizmi luga telah
memperkenalkan persamaan pangkat dua dalam aljabar.
Jabir Ibnu Hayan (720 – 800 M ) banyak mengadakan eksperimen,
antara lain tentang ktistalisasi, melarutkan, sublimasi, dan reduksi. Di
samping mengadakan eksperimen, ia juga banyak menulis antara lain
tentang proses pembuatan baja, pemurnian logam, memberi warna pada kain
dan kulit, cara membuat kain tahan air, cara pembuatan zat warna untuk
rambut. Ia juga menulis tentang pembuatan tinta, pembuatan gelas, cara
memekatkan asam cuka dengan cara distilasi. Mengeni unsur-unsur ia
berpendapat bahwa logam atau mineral itu terdiri atas dua unsur penting
yakni raksa dan belerang dengan berbagai macam susunan. Logam atau
mineral berbeda karena susunan unsur-unsurnya berbeda.
Dalam bidang kedokteran muncul nama-nama terkenal seperti Abu Bakar
Muhammad Ibnu Zakaria Al-Razi atau di negara Barat dikenal dengan
sebutan Razes (850-923 M) dan Ibn Sina atau Avicenna (980-1037 M). Razes
sangat banyak menulis buku, di antaranya100 buah buku tentang
kedokteran, 33 buah buku tentang ilmu pengetahuan alam termasuk alkimia,
l l buah buku tentang matematika dan astronomi, dan lebih dari 45 buah
buku tentang filsafat dan teologia. Salah satu hasil karyanya tersebut
adalah sebuah ensiklopedia kedokteran berjudul Continens. Sementara itu Ibn Sina juga menulis buku-buku tentang kedokteran yang diberi nama Al-,Qanun. Buku
ini menjadi buku standar dalam ilmu kedokteran di Eropa sampai ± tahun
1650. (Santoso, 1997: 63). Selain itu Abu’1 Qasim atau Abu’1 Casis
menulis sebuah ensiklopedi kedokteran, yang antara lain menelaah, ilmu bedah serta menunjukkan peralatan yang dipakai dimasa itu {± tahun 1013).
Ibn Rushd atau Averoes (1126-1198 M) seorang ahli kedokteran yang
menerjemahkan dan mengomentari karya-karya Aristoteles. Dari tulisannya
terbukti bahwa Ibn Rushd mengikuti aliran evolusionisme, yaitu aliran
yang berkeyakinan bahwa semua yang ada di dunia tidak tercipta tiba-tiba
dan dalam keadaan yang selesai, melainkan semuanya terjadi melalui
perkembangan, untuk akhirnya menjelma dalam keadaan yang selesai.
Tokoh lain yang juga turut berjasa dalam pengembangan ilmu
pengetahuan di dunia Islam, terutama dalam bidang geografi adalah
Al-Idrisi (1100-1166 M). la telah membuat 70 peta dari daerah yang
dikenall pada masa itu untuk disampaikan kepada Raja Roger II dari
kerajaan Sicilia.
Dalam khasanah pengetahuan sosial, di dunia Islam terdapat nama Ibn
Khaldun (1332 -1406 M), yang memiliki nama lengkap Abu Zaid
Abdal-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun
al-Hadrami. la
merupakan seorang ahli sejarah, politik, sosiologi, dan ekonomi, Ia
sering dianggap sebagii perintis ilmu sosial dan peletak dasar
sosiologi. Hasil karyanya yang termasyhur adalah sebuah buku berjudul
A1-Muqaddimah. Dalam bukunya tersebut, ia membahas tentang perkembangan
masyarakat dan perubahan dalam masyarakat. Sebagai penemu ilmu
masyarakat
-yang baru, Ibn Khaldun berusaha keras agar
objektif dalam memaparkan masyarakat ketimbang menemukan obat untuk
menyembuhkan “penyakit” masyarakat (Baali,1989:191).
Dalam pandangan Ibn Khaldun, gejala sosial mengikuti pola dan
hukum tertentu, dan dengan sendirinya akan menghasilkan akibat-akibat
tertentu pula. Dikatakan bahwa hukum-hukum sosial tidak hanya mengena
pada perseorangan, tetapi pada semua orang. Hukum-hukum sosial akan
berlaku sama bagi masyarakat, meskipun terpisah ruang dan waktu: Oleh karena itu hukum-hukum
ini tidak dipengaruhi oleh seseorang. Seorang pemimpin tidak dapat
memperbaiki keadaan sosial, kalau tidak mendapat dukungan dari
masyarakat.
Sebagai peletak dasar sosiologi, Ibn Khaldun mempergunakan banyak
metode dan teori untuk menjelaskan faktor yang ada dalam masyarakat.
Misalnya, bangsa terjajah akan meniru bangsa yang menjajah, karena
merasa bahwa kemenangan disebabkan oleh keunggulan, baik teknik maupun
lembaganya, dan hal itu perlu ditiru supaya yang terjajah juga
rriendapatkan kesuksesan.
Pokok pemikiran dari Ibn Khaldun terletak pada `asabiyah atau
solidaritas sosial yang menjadi kodrat manusia yang tidak dapat hidup
sendiri. Manusia ialah makhluk sosial, oleh karena itu diperlukan suatu
ikatan dalam bentuk negara. Solidaritas sosial ini amat kuat pada
masyarakat pengembara. Negara dapat terbentuk dan menjadi kuat atas
dasar solidaritas ini, tetapi setelah terbentuk berkuranglah ikatan
solidaritas, karena adanya kekuasaan yang harus dipatuhi. Dengan
demikian tujuan dari solidaritas adalah kekuasaan.
E: Zaman Renaissance (14 M -17 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali
pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman
peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu
kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang
merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas
hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan Ilahi. Penemuan
ilmu pengetahuan modern’ sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance.
Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang
astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus,
Johannes Keppler, dan Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para
filusuf tersebut.
l. Roger Bacon, berpendapat bahwa pengalaman (empiris) menjadi
landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan.
Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengalah semua pengetahuan.
2.Copernicus, mengatakan bahwa bumi dan planet semuanya
mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat
(heliosentririsme). Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang
berasal dari Hipparahus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai
pusat alam semesta (geosentrisme).
3, Johannes Keppler, menemukan tiga buah hukum yang melengkapii penyelidikan Brahe sebelumnya, yaitu:
a. Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti
lintasan circle, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua
planet berbentuk elips.
b. Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
c. Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata
dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu
untuk meliintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P2: Q2 X3:
Y3.
4. Galileo Galilei, membuat sebuah teropong bintang yang terbesar
pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung.
Ia menemukan beberapa peristiwa panting dalam bidang astronomi. Ia
melihat bahwa planet Venus dan Mercurius menunjukkan perubahan-perubahan
seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet
tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya
dari matahari (Rizal Mustansyir,1996)
F. Zaman Modern (17 M -19 IV)
Zaman modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah
dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes, tokoh yang
terkenal sebagai bapak filsafat modern. Rene Descartes juga seorang ahli
ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat
.Selain itu pada zaman ini ada juga filsuf-filsuf lain misalnya: Isaac
Newton, Caharles Darwin.
G. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)
Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang
fisika menempati kedudukan yang paling tinggi. Menurut Trout (dalam
Riza1 Mustansyir, dkk., 2001) fisika dipandang sebagai dasar ilmu
pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental
yang membentuk alam
semesta. la juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua cara.
Pertama, diskusi
filosofis mengenai metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan
substansial tentang fisika (misalnya: tentang materi, kuasa, konsep
ruang, dan waktu).
Kedua, ajaran filsafat tradisional yang
menjawab fenomena tentang materi, kuasa, ruang, dan waktu. Dengan
demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara filsafat dan
fisika.
Fisikawan termasyhur abad ke-20 adalah Albert Einstein. Ia
menyatakan bahwa alam itu tidak berhingga besarnya dan tidak terbatas,
tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari
waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti
bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak
mengakui adanya penciptaan alam. Dii samping teori mengenai fisika,
teori alam semesta, dan lain-lain, Zaman Kontemporer ini ditandai dengan
penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi
termasuk salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari
penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan
sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga
terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kontemporer
mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam. Ilmu kedokteran
semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau super-spesialis,
demikian pula bidang ilmu lain. Di samping kecenderungan ke arah
spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu
dengan lainnya, sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru seperti
bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan teknologi kloning. (Rizal
Mustansyir, dkk., 2001)
Disusun oleh :Ichwan P.Syamsuddin
(Dipakai untuk kalangan sendiri)